Cukong Ingin Menguras BLBI

https://hardiwinoto.com Toro duduk menunggu Cukong datang, sambil membaca koran dengan judul koran “reformasi pasti menang”, “mahasiswa bersatu untuk merencanakan demo besar-besaran”, bank-bank rawan kolaps, “Suharto merencanakan lengser keprabon”, dan lain-lain judul menyambut eforia reformasi.
“Halo bos, maaf lama menunggu saya” Cukong berucap sambil membuka pintu. Dibelakangnya Ceko membuntuti.
“Halo juga, selamat datang, saudaraku-saudaraku” sambut Toro.
“Bos, kapan krisis ekonomi segera selesai” Cukong tak sabar segera menyambut bagaimana indahnya pasca reformasi.
“Sudahlah, kita duduk-duduk nyantai dulu, sambil ngopi-ngopi, atau buka berita berita, siapa tahu menginpirasi kita” jawab Toro.
Suasana canda tawa yang sebenarnya menutupi pikiran kalut menghadapi gerakan reformasi yang mengganggu bisnis mereka. Ketiganya kebetulan adalah pemilik bank Mawar. Toro memang pemilik saham terbesar di anatar ketiga orang tersebut, 50 %. Cukong paling cerdas, sehingga ia memiliki saham tanpa penyertaan uang. Kecerdasannya dinilai 30 % saham kepemilikan. Sedangkan Ceko sebagai pelengkap dengan penyertaan modal 20 %. Artinya pemodal sebenarnya hanya berdua yaitu Toro dan Ceko.
“Bagaimana idemu Kong, Ko” Toro membuka pembicaraan agak serius.
“Aku manut aja lah” Ceko menjawab.
“Kita kuras aja uang bank kita” jawab Cukong.
“Kuras bagaimana?” Toro dan Ceko menjawab secara bersamaan.
“Kita kuras untuk membiayaai bisnis bisnis kita yang lain, atau sekedar kita titipkan ke bank di luar negeri Swis atau Singapura.
“Ngawur kamu Kong” bentak Toro
“Ya memang kita sedang ngawur” jawab Cukong.
“Enak aja kamu belang begitu, saya saham terbesar di bank ini, sedangkan kamu hanya modal jidatmu” Toro semakin keras bicara.
“Iya, Cukong ki makin ngawur, meski aku modal terkecil tetapi kan aku bisa bangkrut” Ceko menimpali.
“Tenang-tenang,…. kita ngrokok ngrokok dulu” nanti aku tak presentasi di depan kalian” Cukong berkata meyakinkan.
Suasana agak hening, mereka menikmati hisapan masing masing, mengebulkan ke kiri ke kanan. Ada yang sambil jalan jalan ngalor ngdul melihat jendela.
Mereka bertiga seakan sedang saling curiga, Toro berfikir, kenapa Cukong menghendaki menguras uang bank, ini pasti karena ia tidak memiliki uang sebenarnya. Ia hanya bermodal cairan dikepalanya saja, apalagi Ceko, anak ingusan hanya ikut ikutan saja, modalnya juga hanya kecil. Ah, persetan dengan Cukong, enak aja dia mau menguras uang bank. Saya yang paling besar modal dan bersusah payah mendirikan.
“Oke, ini yang saya maksud kita harus kuras uang bank kita” Cukong memecah suasana.
“Memange kamu pernah setor uang untuk modal bank, kamu hanya modal jidat” Toro marah.
“Tenang pak bos, perlu kita tahu, memange uang bank itu uang kita, memang kita modal awal tetapi ketahuilah, uang yang ada di bank kita adalah uang masyarakat, kalau perlu kita buat program hadiah besar besaran bagi yang mau deposito atau menabung di bank kita, lalu uang itu kita kuras sendiri, kita hutang sendiri, kita kemplang sendiri, kita makan sendiri” Cukong menjelaskan.
“Lalu kita masuk penjara” sergah Toro.
Sementara itu Ceko hanya bengong, cengar-cengir tapi agak mulai paham. Karena Ceko juga mau hutang pada bank nya sendiri.
“Oke, aku agak paham Kong, aku juga ingin ikut hutang pada bank kita, bank Mawar” Ceko nyeletuk.
“Kamu sudah mulai encer otakmu” Cukong memuji Ceko.
“Oke, aku juga mulai paham” Toro mulai turun tensi bicaranya.
“He he he ….“ mereka tertawa bersama.
“He he he …., setelah kita rampok bank kita sendiri kita rampok BLBI” mereka tertawa terbahak-bahak.
“Kita buat undiah berhadiah yang menarik, kita kumpulkan dana masyarakat sebanyak banyaknya, kita beri hadiah kepada para nasabah yang besar naruh uangnya” Cukong sesorah.
“Ya Kong, sekarang bisa kamu buktikan bahwa kamu memiliki saham 30 % tanpa keluar dari kantongmu untuk bank kita, mari kita colong bareng-bareng bank kita, mari kita pailitkan bank kita, mari kita bangkrutkan bank kita, mari kita ramaikan reformasi di jalan jalan, kalau perlu kita biayai juga para demonstran, kita buatkan spanduk yang banyak, kita sediakan logistik yang cukup, kita buat rusuh demontrasi, kita percepat terjadi huru-hara, ha ha ha ” Toro bicara berapi-api setelah paham apa yang dimaksud BLBI.

https://hardiwinoto.com

Hardiwinoto Muchtar

Hardiwinoto adalah seorang peneliti ekonomi, dosen, kolomnis, dan pegiat sosial. Kegiatan yang dilakukan terkait dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *