Pemberontakan Lembu Sora

pemberontakan trunajaya

Hardiwinoto.com-Siapakah Lembu Sora?

Lembu Sora adalah salah satu tokoh terkenal di Majapahit era pemerintahan Dyah Wijaya. Selain dikenal dengan nama Lembu Sora, tokoh tersebut sering disebut dalam karya sartra sebagai Empu Sora, Ken Sora, Andaka Sora, atau Sora. Meskipun sebagai salah satu tokoh terkenal di Majapahit, namun tidak dapat dilacak kapan kelahirannya.

Lembu Sora adalah salah seorang pengikut Dyah Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan kerajaan Majapahit. Lembu Sora sering dianggap sebagai abdi Dyah Wijaya yang paling setia, namun akhirnya mati dengan predikat sebagai seorang pemberontak pada tahun 1300.

Serat Pararaton mengisahkan bahwa Lembu Sora turut mengawal Dyah Wijaya sewaktu menghindari kejaran pasukan Jayakatwang pada tahun 1292. Sementara Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan bahwa Lembu Sora dengan setia menyediakan perutnya sebagai tempat duduk Dyah Wijaya dan istrinya ketika keduanya beristirahat. Lembu Sora juga menggendong istri Dyah Wijaya ketika menyeberangi sungai dan rawa-rawa.

Pada tahun 1293, Dyah Wijaya dibantu oleh pasukan Tartar untuk menggulingkan kekuasaan Jayakatwang di Kediri. Dalam pertempuran itu, Lembu Sora bertugas menggempur benteng selatan dan berhasil membunuh Kebo Mundarang yang merupakan patih Kediri. Lembu Sora juga sebagai salah seorang yang ikut membantai orang-orang Tartar pasca runtuhnya kekuasaan Jayakatwang.

Menurut Sera Pararaton, Lembu Sora mendapatkan kedudukan dari Dyah Wijaya sebagai Rakryan Demung. Namun, menurut prasasti Sukamreta yang dikeluarkan pada tahun 1296, Rakryan Demung Majapahit dijabat oleh Mpu Renteng. Sementara itu, Lembu Sora menjabat sebagai Rakryan Patih Dhaha (patih bawahan di Kediri).

Keputusan Dyah Wijaya tersebut konon memicu pemberontakan  Ranggalawe pada tahun 1295. Ranggalawe berpendapat bahwa Lembu Sora yang merupakan pamannya tersebut lebih pantas diangkat sebagai Rakryan Mahapatih Majapahit daripada Nambi. Meskipun demikian, Lembu Sora justru mendukung Dyah Wijaya agar tetap mempertahankan Nambi sebagai Rakryan Mahapatih Majapahit.

 

Kisah Pemberontakan

Bermula dari peristiwa perang antara Kebo Anabrang dan Ranggalawe di Sungai Tambak Beras pada tahun 1295 itu, Lembu Sora mendapatkan getahnya. Karena sewaktu menikam Kebo Anabrang dari belakang yang baru saja membunuh Ranggalawe keponakannya itu, dilaporkan oleh Halyuda kepada Dyah Wijaya. Sesudah mendengar laporan Halayuda, Dyah Wijaya bermaksud menjatuhkan hukuman buang kepada Lembu Sora.

Mencium kabar akan dijatuhi hukuman buang dari Dyah Wijaya, Lembu Sora yang mendapatkan dukungan dari Gajah Biru dan Juru Demung datang ke Majapahit untuk meminta hukuman mati. Namun, sewaktu Lembu Sora dalam perjalanan dari Dhaha ke Majapahit, Halayuda melaporkan bahwa Lembu Sora akan melakukan pemberontakan terhadap Majapahit.

Mendengar laporan laporan tersebut, Dyah Wijaya memerintahkan pasukan Majapahit untuk menghadapi Lembu Sora. Setelah berhadapan dengan Lembu Sora, Gajah Biru, dan Juru Demung itu, Pasukan Majapahit menyerang mereka. Karena tidak membawa pasukan dan senjata, Lembu Sora beserta Gajah Biru dengan mudah dikalahkan. Melihat kematian Lembu Sora, Halayuda merasa senang, mengingat bahwa tinggal Nambi yang menjadi penghalang untuk mewujudkan ambisinya menjadi Rakryan Mahapatih Majapahit.

 

Sumber:

Achmad, Sri Wintala, 2017, Sejarah Pemberontakan Kerajaan di Jawa, Araska Publiher, Yogyakarta.

Hardiwinoto Muchtar

Hardiwinoto adalah seorang peneliti ekonomi, dosen, kolomnis, dan pegiat sosial. Kegiatan yang dilakukan terkait dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *