Manusia Memerlukan Islam
(Hamka, 1982)
Di dalam segala zaman dan di dalam segala ruang, manusia memerlukan pegangan hidup. Sebab hidup itu adalah gabungan dari jasmani lahir dengan rohani bathin. Manusia sendiri dalam kehidupannya tiap hari senantiasa merasakan bahwa dia memerlukan pegangan bathin.
Hidup yang semata-mata hanya tergantung kepada benda tidaklah selalu memuaskan. Kian lama kian timbulah kebiasaan dengan hidup yang hanya serba benda. Ketika Nabi Muhammad SAW akan diutus ke dunia sebagai Rasul, orang di zaman itu sudah merasakan tidak puas dengan susunan masyarakat mereka.
Ada orang yang langsung tidak ada pegangan dan tidak ada agama samasekali, yang sekarang bisa dikenal dengan nama Atheis atau Naturalis. Tidak percaya bahwa ada yang maha kuasa yang menciptakan alam ini. Setengahnya lagi sudah bosan dengan agama lalu menjadi pengikut daripada fikiran-fikiran sesame manusia, berbagai filosof dan ahli fikir. Sebab itu ajaran Filosof itu adalah sebanyak kepala filosof-filosof itu sendiri.
Setengahnya masih beragama, tetapi agama itu telah sangat jauh menyeleweng dari ajaran yang asli. Interpretasi yang berlapis-lapis dari manusia, telah menyebabkan keaslian ajaran agama tertimbun dalam berbagai interpretasi itu.
Orang Arab sendiri masih mengaku bahwa mereka adalah penganut dari agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Ajaran Nabi Ibrahim adalah monotheisme yang bersih, atau tauhid sejati. Tidak ad tuhan melainkan Allah. Tetapi dalam kenyataannya, Agama Nabi Ibrahim yang mereka da’wahkan itu hanya tinggal nama. Mereka telah menyembah berbagai berhala (360 banyaknya berhala yang mereka dirikan di sekeliling Ka’bah, yang didirikan Nabi Ibrahim unttuk menyembah Tuhan yang Esa).
Orang Yahudi mengatakan bahwa mereka masih memegang syari’at Nabi Musa, padahal dalam kenyataannyamereka telah jauh menyimpang dari ajaran Kitab Taurat. (Taurat asli yang ditulis oleh Nabi Musa dengan tangan beliau sendiri habis terbakar seketika Raja Babil Nebukadneshar menaklukkan Yerussalem. Nebukadneshar meninggal dalam keadaan gila 582 tahun sebelum Masehi). Setelah orang Yahudi kembali ke Yerussalem, barulah Guru mereka yang bernma ‘Izra menyusun kembali “Taurat Baru”.
Agama Nasrani telah terbagi kepada tiga golongan yang amat bertentangan, yaitu golongan Malkaniyah, Nastouriyah, dan Ya’coubiyah. Persimpang-siuran kepercayaan tentang kedudukan Yesus Keristus sebagai Tuhan atau Putera Tuhan. Puncak ketegangan di antara Gereja Timur yang berpusat di Constantinople dengan Gereja Barat yang mulanya berpusat di Milano kemudiannya di Roma.
Di zaman itu pula pertentangan hebat di antara Nasrani dan yang kedua penyembahan kepada api suci.
Melihat keadaan itu kalau kita mengkaji sejarah dengan ukuran dialektis sebagai sekarang, sudah terasa akan timbulnya satu perubahan baru dan besar. Manusia memerlukan pembaharuan, terutama dalam lapangan kepercayaan. Di saat itulah datang Nabi Muhammad SAW Rasululah membawa Ajaran Islam dengan Syari’atnya.
Untuk menilai arti dari satu pendirian, kita musti mempelajari pemakaian kata-kata. Kata Islam itu berarti penyerahan diri kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, dan Maha Esa.
Sebab itu tersebut di dalam Al Qur’an: “Yang agama pada sisi Allah adalah Islam”
Tegasnya, yang agama di sisi Allah ialah penyerahan yang sesungguhnya kepada Allah. Maka walaupun seseorang mengaku memeluk agama Islam, kalau dia tidak menyerah yang sesungguhnya kepada Allah, belumlah dia Islam, sebab dia belum menyerah. Dan yang diajak menyerah ini ialah seluruh manusia, bukan khusus orang Arab saja, atau suatu suku bangsa saja.
Hamka. 1982. Studi Islam. Pustaka Panjimas. Jakarta.