Revolusi Iran Bersifat Keagamaan

bahaya paham syiah

hardiwinoto.com-Richard Falk dari Universitas Princeton, Amerika Serikat, ketua  US peoples Committee on Iran,  sebuah organisasi yang bertujuan menyadarkan masyarakat Amerika mengenai bahayanya campur tangan Amerika Serikat di Iran mengatakan ada tiga hal yang menimbulkan perlawanan rakyat Iran terhadap Shah:

  1. Cara pemerintahan yang secara sistematis menggunakan penindasan yang sangat kejam, termasuk penganiayaan. Terutama penganiayaan terhadap anak-anak dari keluarga golongan menengah yang secara tradisi mempunyai dasar kekuatan yang besar di dalam masyarakat.
  2. Tingkat korupsi yang dilakukan oleh keluarga Shah dan orang-orang di sekitarnya. Satu hal yang sangat menjengkelkan rakyat kecil di Iran ialah kenyataan bahwa kekayaan mengalir masuk ke dalam negeri dari hasil ekspor minyak akan tetapi mereka nasib mereka tidak menjadi lebih baik.
  3. Gaya pemerintahan serta penentuan prioritas yang diangggap terlalu berorientasi pada model Barat dengan memasukkan pengaruh asing yang besar, terutama Amerika Serikat.

Bagaimana cirri-ciri revolusi di Iran?

  1. Revolusi di Iran relative tidak menggunakan kekerasan. Meskipun pemerintah menggunakan segala macam taktik untuk mematahkan semangat rakyat, dan korban yang jatuh lebih dari 20.000 orang Khomeini tetap bertahan dengan sikap tanpa kekerasan. Shah Iran digulingkan dari tahtanya tanpa sebutir peluru pun ditembakkan kepada pasukannya.
  2. Revolusi Iran secara khas tidak meniru model Barat maupun Timur. Inspirasinya tersepas dari revolusi Amerika Serikat, Prancis maupun Rusia. Marxis maupun Liberalis tidak mempengaruhi para pemimpinnya.
  3. Revolusi Iran bersifat keagamaan. Sepanjang zaman modern ini tidak ada gerakan yang menggabungkan aspek politik dan keagamaan sampai ke tingkat yang fundamental seperti Khomeini. Peranan agama ialah melakukan perjuangan politik untuk mencapai masyarakat yang lebih baik, yang bebas dari penindasan dan yang mengusahakan keadilan social bagi rakyat. Pandangan tentang hubungan antara agama dan politik tertanam sangat dalam di seluruh tradisi Islam syiah dan berasal sejak agama Islam Syiah dilahirkan.

Puar, Yusuf Abdullah. 1979. Perjuangan Ayatullah Khomeini. Pustaka Antara. Jakarta.

 

Komentar:

Bagaimana dengan Indonesia yang mayoritas bukan Islam Syiah? Asumsinya agak mirip tanpa harus melihat kesyiahannya. Indonesia memerlukan pemimpin umat pemersatu. Revolusi bias saja terjadi jika umat Islam diperlakukan sebagaimana di Iran? Tidak perlu menjadi Syiah pun asal mampu menyatukan umat Islam sebagai syarat untuk menempuh jalur revolusi? Islam telah dinistakan, Sementara itu penista Islam masih berkeliaran kampanye. Penista agama tersebut bilang jangan gunakan agama untuk berpolitik, sementara itu ia menggunkan sentiment agama untuk berpolitik. Penista agama tersebut bilang jangan sebarkan kebencian, namun penista agama tersebut selalu memproduksi mesin kebencian. Sekedar tanya, apakah aka nada revolusi Islam di Indonesia. Karena Islam mengajarkan amar makruf nahi mungkar.

Hardiwinoto Muchtar

Hardiwinoto adalah seorang peneliti ekonomi, dosen, kolomnis, dan pegiat sosial. Kegiatan yang dilakukan terkait dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *