Reformasi Moneter Belum Tertutup

gold dinar

Hardiwinoto.com-Dana masa kejayaan dan kehancuran itu, kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran (Ali Imran (3):140)

Negara berkembang sudah saatnya berbenah dan lebih giat memerjuangkan kebangkitan ekonomi. Hanya dengan kebangkitan ini, mereka bisa berdaya, memerangi kebodohan, kemiskinan, dan rendahnya kualitas hidup. Kebangkitan ekonomi bisa dimulai dengan meningkatkan kerjasama dalam perdagangan internasionalnya.

Meningkatkan perdagangan yang sudah lama stagnan, tentu perlu cara-cara yang tidak konvensional. Langkah-langkah terobosan sangat dinantikan untuk memecah kebekuan. Proposal menggunakan gold dinar dalam perdagangan internasional adalah salah satunya. Proposal ini tidak terkait dengan agama atau ideologi. Proposal ini berangkat dari kesadaran perlunya mengoreksi sistem moneter internasional yang tidak adil dan hanya menguntungkan bagi segelintir mereka yang menguasainya. Negara berkembang adalah bagian dari korban ketidakadilan moneter yang saat ini bekerja.

Proposal gold dinar bila terlaksana bisa menjaddi bentuk reformasi moneter yang akan memengaruhi lanskap baru moneter dunia. Khusus bagi Negara-negara yang terhimpun dalam OKI, reformasi moneter melalui gold dinar dalam jangka pendek lebih realistis daripada keinginan untuk membentuk pasar bersama (Islamic common market) yang membutuhkan energi dan waktu yang lama untuk mewujudkannya. Disebut realistik karena:

  1. Dari sisi jumlah pendukungnya, gold dinar bisa dilakukan oleh hanya dua Negara. Dengan demikian tidak perlu memdorong semua anggota OKI yang secara ekonomi memang belum siap untuk turut serta, sehingga akan lebih menghemat waktu dan energi yang diperlukan untuk mendesainnya.
  2. Tidak seperti pasar bersama, pelaksanaan gold dinar tidak mensyaratkan Negara yang terlibat harus memangkas tarif, pajak, dan restriksi perdagangan yang menjadi sumber pendapatannya. Namun bukan berarti perdagangan menjadi terhambat, karena gold dinar secara built in memberikan insentif seperti biaya transaksi yang lebih murah, absennya biaya hedging, dan berbagai peningkatan kerja sama ekonomi yang lebih intensif.
  3. Karena bisa dimulai paling tidak dua Negara, maka mereka bisa dievaluasi dan menjadi contoh bagi yang lain. Bila memang dalam perjalannya mendatangkan manfaat, semestinya Negara-negara lain akan bergabung dengan sendirinya. Bila manfaatnya belum terasa optimal, kedua Negara bisa melakukan berbagai kajian untuk memperbaikinya.

Hamidi, M. Luthfi. 2007. Gold Dinar, Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan. Senayan Abadi Publishing. Jakarta.

Hardiwinoto Muchtar

Hardiwinoto adalah seorang peneliti ekonomi, dosen, kolomnis, dan pegiat sosial. Kegiatan yang dilakukan terkait dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *