Hardiwinoto.com-Mendasarkan pada teori ekonomi neo-klasik, Etzioni (1986) mengatakan bahwa manusia disebut “homo-economicus” atau “rationalman” yaitu manusia selalu ingin memaksimalkan utility (perolehan manfaat). Safirovski (2002) juga mendasarkan pada teori ekonomi neo-klasik dengan mendasarkan pada Walras (1926), Marshall (1961), Jevons (1965), Stigler dan Becker (1977), Coleman (1990) dan Fararo (1993). Mereka menyatakan bahwa teori ekonomi mempengaruhi manusia untuk berbuat rasional.
Sedangkan Bouffard et al (2010) memperspektifkan teori pilihan rasional sebagai identifikasi dari berbagai penjelasan tentang cost and benefit atau diinterpretasikan sebagai tingkat nilai dan keuntungan. Oleh karena itu teori pilihan rasional erat kaitan dengan teori pengambilan keputusan. Sebelumnya, disampaikan oleh Koppl dan Whitman (2004) bahwa terjadi selisih paham para ilmuwan sosial di Viena antara historicism dengan positivism. Ketika mengkaji hermenetik (tafsir) teori pilihan rasional mereka bersaing dalam metode antara ilmu ekonomi dan sosial. Kemudian mereka mencoba mengkombinasikan elemen-elemen terbaik diantara keduanya. Lebih lanjut Koppl dan Whitman (2004) mengatakan bahwa teori pilihan rasional adalah model manusia sebagai pelaku yang selalu memecahkan persoalannya secara optimasi matematik sesuai dengan pilihannya. Dalam kajian hermenetik menunjukkan kesamaan dengan teori neoklasik yaitu perilaku memilih bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan, sehingga tindakan rasional disebut tindakan ekonomi.
Etzioni (1986) mengatakan bahwa rasionalitas diindikasikan terdapatnya pikiran-pikiran untuk memilih. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dari sisi pendekatan tujuan yaitu untuk melihat skala prioritas dari kurang penting sampai yang paling penting sesuai dengan tujuan yang dicapai. Sedangkan March (1978) mendefinisikan dengan pendekatan lain yaitu kemampuan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi serta mampu menyelesaikan secara benar. Informasi yang dimaksud Etzioni (1986) adalah cost information sebagai pertimbangan pengambilan keptusan rasional.
Teori pilihan rasional digunakan untuk mendasari perilaku para manajer dalam memilih praktek akuntansi, dengan asumsi bahwa teori sosial ekonomi berkait dengan teori pilihan rasional dan teori pilihan rasional berkait dengan teori pengambilan keputusan.
Pendekatan teori pilihan rasional diasosiasikan dengan behavioral, dalam teori ekonomi terkait dengan self-interest (Hirschman, 1977). Ia memberi pandangan bahwa self-interest dalam konteks teori ekonomi sudah dianggap final sebagai dasar bagi tindakan rasional manusia. Sedangkan Hirschman (1986) menganggap bahwa konsep self-interest menjadi suatu paradigma atau doktrin yang menjabarkan (1) self-interest menjadi doktrin yang kuat dalam ilmu ekonomi, (2) self-interest menjelaskan tindakan rasional manusia (Amartya K. Sen, 1999).
Menurut Sen, ilmu ekonomi pada dasarnya sangat egois karena diasumsikan bahwa tindakan manusia diungkapkan hanya karena adanya self-interest. Sementara itu self interst bertolak dari konsep utilitariaanisme yaitu mengasumsikan tindakan manusia didasari self-interest, yaitu manusia bertindak demi kepentingan diri sendiri. Sen menganggap bahwa manusia berpandangan behavioralistik melihat perilaku rasional dalam kerangka preferensi, yaitu untuk pencapaian keuntungan yang maksimal. Yang dimaksud dengan preferensi adalah pilihan yang diambil secara sistematik atas dasar pertimbangan utilitas secara bebas dan rasional dari sekian banyak alternatif tindakan yang ada. Tindakan tersebut didasari kalkulasi tentang biaya yang harus dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh. Konsep self-interest dalam konteks perilaku rasional diletakkan sebagai tindakan rasional manusia hanya relevan dengan upaya pemenuhan kebutuhan privat.
Namun demikian Sen berharap bahwa untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kebaikan bersama serta membangun tata sosial tertentu, mestinya melampaui self-interest di dalam ilmu ekonomi, yaitu sesuatu yang memungkinkan sebuah persentuhan antara diri individual dengan sosial. Pendekatan pilihan rasional (rational choice) sebagai turunan pendekatan behavioral tidak memasukkan komitmen sebagai dasar pertimbangan, namun hanya dikaitkan dengan preferensi tindakan untuk pencapaian hasil yang maksimal. Oleh karenanya, ilmu ekonomi harusnya dipahami dengan memasukkan unsur moralitas. Sen mengakui bahwa memasukkan komitmen dan moralitas sebagai dasar pertimbangan preferensi tindakan manusia bertentangan pilihan rasional.
Meksi dalam ilmu ekonomi self-interest diinterpreasikan sebagai tindakan kalkulatif-individual tentang untung-rugi. Sementara untuk pemenuhan kepentingan atau kebutuhan publik, ada yang lebih penting dari sekedar self-interest, yaitu komitmen. Sen manawarkan suatu struktur terbuka yang memungkinkan adanya “jembatan” antara etika dengan self-interest sebagai tindakan kalkulatif.