http://hardiwinoto.com/pemerintah-dan-agen-korporat-asing/
Film kolosal The Great Battle, disutradarai oleh Kim Kwang Sik memberi pelajaran kepada kita tentang mempertahankan eksisitensi bangsa. Film yang mempertontonkan perjuangan Sa Mool dan Yang Man Chun demi Dinasti Goguryeo. Mereka melindungi Benteng Ansi dari invasi pasukan Tang. Film kolosal The Great Battle atau Ansi Fortress berkarakter semangat, “Kami tidak pernah diajarkan untuk mundur”. Perang selama 3 bulan antara Komandan Yang Man Chun Dinasti Goguryeo dan pasukan dari Dinasti Tang di tahun 645. Pasukan Goguryeo yang berjumlah 5.000 harus berani mempertahankan Benteng Ansi dari serangan 500.000 pasukan Dinasti Tang.
Jendral Yeon dari dari Dinasti Goguryeo kalah melawan Tentara Dinasti Tang dipimpin oleh Li Shimin. Jendral Yeon sangat marah dan kecewa kepada Yang Man Chun komandan Benteng Ansi. Jendral Yeon menganggap bahwa Man Chun berkianat karena tidak mau ikut perang di medan terbuka melawan pasukan Tang. Jendral Yeon mengutus Sa Mool ke Benteng Ansi untuk menyuruh Man Chun menyerah atau mengajak ke Ibu Kota Gorguyeo atau membunuhnya jika tidak mau. Setiba di Ansi, San Mool justru ikut berjuang untuk mempertahankan Ansi. Sa Mool selalu berada di samping Man Chun, karena San Mool adalah orang Ansi dari klan Eubul.
Dinasti Tang sangat berambisi menghancurkan Benteng Ansi sehingga bisa menguasai Dinasti Goguryeo. Man Chun tidak mau menyerah dan menyelamatkan diri ke ibu kota. Mempertahankan Benteng Ansi, demi mempertahankan Goguryeo. Jendral Yeon yakin bahwa Benteng Ansi akan benar benar akan jatuh ke tangan Li Shimin Kaisar Tang. Tetapi Man Chun tetap tinggal di dalam Benteng Ansi meski harus menghadapi 500.000 pasukan Tang.
Ketika kondisi genting Sa Mool berkata kepada Man Chun, “kenapa kita tidak menyerah, ke ibu kota bersama Jendral Yeon. Man Chun menjawab, “kita tak pernah belajar untuk mundur, kita harus mempertahankan hidup, kita harus melindungi yang kita sayangi, ayo kita bertempur”. Sa Mool melanjutkan kata, “kenapa Anda pengecut Man Chun?, Anda tidak ikut bertempur bersama Jendral Yeon sehingga Anda dikatakan pengkhianat. Man Chun menjawab, ”Melawan tentara Tang di medan terbuka pasti kalah, sama saja bunuh diri, dan semua tentara Ansi akan mati”. Sa Mool berkata lagi, “kenapa kau menentang Jendral Yeon? Man Chun menjawab, “Jendral Yeon membunuh raja kita”. Sa Mool membalas, “karena raja kita memihak Li Shimin”. Sa Mool tetap berkata kepada Man Chun, “Anda tidak patuh kepada Jeendral Yeon” Man Chun berkata, “patuh untuk mundur tidak penting, sebagai komandan, aku harus mempertahankan benteng Ansi.
Di seberang sana, di depan 500.000 pasukan Tang, Li Shimin memotivasi pasukan dengan kata-kata, ”kita menjajah Ansi, kita serang Ansi, ambil semua kekayaan Ansi, perkosa wanita-wanita Ansi, perbudak anak-anak Ansi. Li Shimin yakin atas ramalan Cenayang dari Ansi yang membelot ke Tang, bahwa Benteng Ansi akan runtuh oleh Li Shimin.
Ansi sudah digempur berkali-kali. Belum juga runtuh, bahkan tentara Tang banyak yang berjatuhan. Wanita Cenayang dari Ansi yang membelot ke Tang ternyata pernah menjadi tunangan Man Chun. Cenayang dkirim ke Benteng Ansi untuk membujuk Man Chun supaya menyerah kepada Tang. Cenayang berkata, “Ansi akan jatuh ke tangan Li Shimin, dari pada dianggap sebagai pengkianat oleh Jendral Yeon, kamu lebih baik menyerah”. Man Chun menjawab, “kami tidak akan menyerah”. Cenayang berkata, “Li Shimin, pasukan Tang akan membuat bukit yang lebih tinggi daripada Benteng Ansi. Man Chun menjawab, “yang kuinginkan adalah mempertahankan Ansi, bukan mempercayai ramalanmu”.
Penyerangan dahsyat terjadi lagi. Sa Mool benar-benar ikut perang melawan Tang, walaupun Ia dikirim ke Ansi oleh Jendral Yeon, untuk meminta Man Chun menyerah atau melarikan diri ke ibu kota bergabung ke Jendral Yeon. Kegentingan memuncak. Bukit yang dibangun pasukan Tang sudah berdiri lebih tinggi daripada Benteng Ansi. Sa Mool pergi meminta bantuan kepada Jendral Yeon.
Jendral Yeon marah, “Sa Mool…, aku dikirim kau ke Benteng Ansi supaya kamu meminta Man Chun menyerah, kenapa sekarang kamu minta bantuan untuk ikut berperang melawan Tang. Sa Mool menjawab, “Man Chun adalah komandan Ansi, maka sepantasnya bersama pasukan Ansi berjuang mempertahankan Ansi demi tegaknya Goguryeo. Man Chun bukan pengkianat, hanya dia tidak mau menyerah kepada Tang, Man Chun bukan tidak taat kepada Jendral, ia ingin mempertahankan kehidupan Ansi dari serangan Tang, Ia tidak pengecut karena tidak ikut perang di medan terbuka, ia hanya untuk mempertahankan Ansi harus melawan dan bertahan di atas benteng Ansi”.
Meski 5.000 pasukan Ansi melawan 500.000 pasukan Tang, Benteng Ansi dapat dipertahankan dan menang, Bukit buatan pasukan Tang roboh dan hancur karena warga Ansi membuat goa-goa dibawah bukit buatan pasukan Tang. Pasukan Tang kocar-kacir, Li Shimin terkena panah Pusaka Jumong oleh Man Chun. Di saat pasukan Tang kocar-kacir, pasukan yang di bawa Sa Mool bersama Jendral Yeon datang mengusir pasukan Tang. Benteng Ansi masih utuh tegak berdiri.
***
Kini, aneksasi bangsa lain tidak serbuan militer. Tetapi berupa serangan produk yang bertubi tubi untuk memberangus produk dalam negeri. Produk dalam negeri berupa, perbankan, produk olahan, pendidikan, pemberitaan, jasa keuangan, bahkan auditor sampai lawyer, dan lain-lain. Pro asing dalam film di atas bisa sang raja sendiri, sehingga harus dibunuh Jendral Yeon. Cenanyang yang membelot menjadi penasehat atau penyedia data bagi bagi agresor asing. bahkan sang Jendral sendiri sudah menyatakan mundur dan kalah sehingga mengajak mundur.
Jika benteng Ansi kita ibaratkan produk dalam negeri kita. Man Chun benar. Perang melawan produk asing di medan terbuka adalah bunuh diri. Ibarat Benteng Ansi, harus dipertahankan secara protektif. Ibarat Cenayang, para peneliti dibayar asing untuk merasionalisasi, sehingga perlu mengalah pada produk asing.
Man Chun tidak mau mundur dan harus mempertahankan Benteng Ansi, justru sang jendral sendiri menganggap pengkianat. Dianggap tidak taat jendral karena tidak mau mengamankan diri. Man Chun tetap melawan Tang demi mempertahankan Ansi. Akhirnya Ansi bisa dipertahankan.
Seandainya produk-produk hasil karya anak bangsa kita tidak dibiarkan hancur dalam pasar persaingan besbas, tetapi dengan prinsip proteksi, dipertahankan dalam semangat nasionalisme produk dalam negeri, tentu produk akan mampu mengalahkan produk luar negeri.