hardiwinoto.com-Bucaille (1992) mengatakan bahwa manusia telah bertanya tentang asal-usulnya selama beribu-ribuu tahun. Sumber pengertiannya berangkat dari ajaran agama dan filsafat. Setelah berkembang ilmu pengetahuan modern dan pemahaman akan data maka pendekatan untuk menjawab asal-usul manusia dari sudut yang baru.
Ilmu pengetahuan modern mengklaim telah mampu menjawab pertanyaan besar yang diajukan manusia. On the Origin of species, buku karangan Darwin yang terbit di Inggris tahun 1859 yang hanya menjelaskan tentang praduga atau hipotesis sudah dianggap sudah menjadi hujjah atau sesuatu yang menunjukkan kebenaran, sehingga bias jadi bermusuhan dengan ajaran agama yang telah maujud.
Hal demikian membuat para pengagum Darwin melebihi dari sikap Darwin itu sendiri. Orang-orang kebanyakan lebih pada melakukan ekstrapolasi yang meyakini bahwa spesies-spesies lain mesti berasal dari spesies lain yang sudah maujud sebelumnya. Manusia pun harus muncul di bumi sebagai akibat dari suatu evolusi, dari suatu garis silsilah yang dekan dengannya adalah hewan.
Berikutnya terjadi guncangan keyakinan yang besar. Pengikut Bibel yang percaya bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Evolusi dianggap bertentangan dengan firman Tuhan yang terkandung dalam Bibel, yaitu spesies spesies bersifat tetap dan tidak berubah. Goncangan besar tersebut adalah sebagian kepercayaan kepada Bibel menjadi runtuh karena dianggap beretentangan dengan saintifik. Atau sebaliknya sebagian manusia menjadi tidak percaya kepada saintifik.
Pemikir Kristen, Jean Guitton (1978) member pandangan bahwa teks-teks Bibel dari satu segi, bersifat sangat berbeda dengan apa yang sekali waktu pernah menjadi kaidah. Kesalahan-kesalahan saintifik dalam Bibel adalah kesalahan-kesalahan umat manusia, karena dahulu kala umat manusia masih bodoh tentang ilmu pengetahuan.
Bucaille, Maurice. 1992. Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Quran, dan Sains . Mizan. Bandung. Hal 9 – 11.