hardiwinoto.com-Tempo Edisi 9 – 15 Juli 2012 telah menjadikan tema selingkuh dana calon DKI-1 menjadi cover majalah. Ada apa? Para calon gubernur Jakarta punya bohir yang siap menopang dana kampanye. Pengusaha di ibukota berebut member sumbangan. Indonesian Corruption Watch menemukan 600 transaksi senilai Rp. 26 miliar di rekening semua calon berasal dari penyumbang yang tak jelas identitasnya. Berapa besar dana kampanye yang dihabiskan para calon? Siapa saja penyokong utama dana mereka? Apakah betul dana bantuan sosial mengalir ke organisasi organisasi pendukung Fauzi Bowo?
Uang rupanya masih diyakini sebagai instrument terpenting untuk melempangkan jalan menuju Balai Kota Jakarta. Kita pun Cuma bias prihatin ketika mendengar kabar buruk yang jamak bersiar di masa kampanye pemilihan Gubernur DKI. Lembaga swadaya seperti Indonesia Corruption Watch mengumumkan adanya puluhan praktek politik uang di tengah kompetisi calon pemimpin Ibu Kota ini.
Praktek kotor ini, celakanya, dipraktekkan terus berlangsung menjelang pemungutan suara, bahkan kelak ketika rekapitulasi suara. Modusnya bias berupa jual beli suara, bagi-bagi uang, atau bahan kebutuhan pokok, dan bentuk lainnya. Ada yang member uang saku kepada setiap sukarelawan, ada pula yang menyiapkan kemasan hadiah paket umrah. Inkumben bahkan dituduh melakukan politisasi birokrasi melalui penyalahgunaan fasilitas Negara serta mendompleng iklan pemerintah daerah di baliho dan televisi.
Tempo Edisi 9 – 15 Juli 2012
Kini, pilgub DKI berulang di putaran kedua pada bulan April 2017, tentu money politic akan terjadi lagi. Lebih massif karena isu Sembilan Naga menjadi cukong politik tak bisa dihindarkan.