Hardiwinoto.com-Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Arya Pangiri (putra Sunan Prawata) dinobatkan sebagai raja di Kesultanan Pajang oleh Panembahan Kudus pada tahun 1583. Hal ini yang kemudian menyebabkan putra Sultan Hadiwijaya yang bernama Pangeran Banawa tersingkir dari Pajang dan menjadi Adipatidi Jipang yang merupakan bekas wilayah kesultanan Arya Penangsang.
Semasa menjadi raja di Kesultanan Pajang, Arya Pangiri menggunakan gelar Sultan Ngawantipura. Banyak ungkapan yang menyatakan bahwa Arya Pangiri memiliki banyak kelemahan yang fatal atas keberlangsungan Kesultanan Pajang. Selain sifatnya yang mudah curiga, Arya Pangiri tidak peduli pada kesejahteraan rakyatnya. Arya Pangiri hanya berfokus untuk dapat menaklukkan Mataram. Menaklukkan Mataram berarti memusuhi Sutawijaya. Memusuhi Sutawijaya berarti melanggar wasiat Sultan Hadiwijaya (mertua) agar tidak berani kepada saudara tua.
Arya Pangiri juga memiliki kelemahan yaitu banyak mendatangkan penduduk dari Demak dan menyingkirkan penduduk asli Pajang. Kebijaksanaan Arya pangiri ini mengakibatkan sebagian warga Pajang kehilangan pekerjaan sehingga beralih menjadi perampok dan pencuri. Sementara itu warga Pajang banyak yang pindah ke Jipang untuk menghamba pada Pangeran Banawa.
Setelah mengetahui tentang tata pemerintahan Arya Pangiri yang cenderung menggencet nasib warga asli Pajang, Pangeran Banawa segera mengutus duta ke Mataram. Duta tersebut menyampaikan maksud dari Pangeran Banawa agar Panembahan Senapati bersedia menjadi raja di Kesultanan Pajang, menggantikan Arya Pangiri.
Duta Jipang itu menyampaikan pesan dari Pangeran Banawa di hadapan Senopati Ngalaga. Namun, Panembahan Senapati menolak untuk dijadikan raja di Kesultanan Pajang. Panembahan Senopati justru menyampaikan pesan kepada duta Jipang itu agar Pangeran Banawa bersedia menjadi raja di Kesultanan Pajang. Panembahan Senopati juga berpesan agar Pangeran Banawa pergi ke Mataram bersama pasukannya melalui Gunung Kidul.
Duta Jipang itu meninggalkan Mataram lalu menghadap Pangeran Banawa untuk menyampaikan pesan dari Panembahan Senapati. Setelah bisa menangkap maksud tersirat dari pesan Panembahan Senapati, Pangeran Banawa dan pasukannya berangkat ke Mataram melalui Gunung Kidul. Setiba di Weru, Pangeran Banawa disambut oleh Panembahan Senapati, pasukan Mataram, dan orang-orang Pajang yang tidak sepakat atas pemerintahan Arya Pangiri di Pajang.
Hasil dari perbincangan antara Pangeran Banawa dan Panembahan senapati adalah melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Arya Pangiridi Kesultanan Pajang. Pasukan gabungan Jipang, Mataram dan orang-orang Pajang berangkat dari Weru menuju Kesultanan Pajang. Pertempuran pasukan Arya Pangiri yang terdiri dari orang-orang Demak dan Kudus dengan pasukan gabungan yang dipimpin oleh Pangeran Banawa dan Panembahan Senapati tidak dapat dihindari lagi.
Panembahan Senapati mengamuk dengan kuda Kyai Bratayuda. Hingga banyak pasukan Arya Pangirimundur dengan berlari tungganglangggang. Tidak lama sesudah Kesultanan Pajang dapat ditaklukkan. Arya Pangiri yang dilengserkan dari tahta kekuasaannya itu dipulangkan oleh Panembahan Senapati ke Demak. Pangeran Banawa kemudian dinobatkan sebagai penguasa di Kesultanan Pajang oleh Panembahan Senapati.
Sumber:
Achmad, Sri Wintala, 2017, Sejarah Pemberontakan Kerajaan di Jawa, Araska Publiher, Yogyakarta.