http://hardiwinoto.comĀ Analisa perbandingan model yang ditujukan untuk menentukan tingkat keberlanjutan pengembangan perikanan pada dasarnya merupakan analisa yang membandingkan antara model pengelolaan yang diinginkan atau yang sudah ditentukan dengan kondisi riil atau kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap perubahan yang dianggap menguntungkan dalam pengembangan sumberdaya perikanan di Kawasan Peta Ikan. Hasil analisa tingkat keberlanjutan perikanan tangkap dapat dikategorikan berkelanjutan dengan nilai rata-rata variabel sebesar 2,80. Pengembangan sumberdaya perikanan tangkap ini dianggap berkelanjutan karena mampu memberikan kesejahteraan secara ekonomi bagi para pelakunya, terjadinya distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha secara adil dan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.
a. Aspek Ekonomi
Pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di Kawasan Peta Ikan dalam aspek ekonomi menunjukan kinerja yang berkelanjutan dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 2,77. Permodalan merupakan variabel dengan kinerja tertinggi dibandingkan dengan variabel lainnya dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,12. Tingginya skor ini disebabkan karena pada umumnya nelayan pandega (ABK) maupun nelayan sambilan masih mengandalkan permodalannya kepada juragan.
Sementara itu variabel dengan kinerja terendah adalah pada variabel tingkat kesejahteraan dengan skor rata-rata sebesar 2,32. Pada variabel ini, nelayan pandega memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah dibandingkan dengan nelayan juragan maupun sambilan.
Variabel lainnya seperti pemasaran dan infrastruktur dikategorikan berkelanjutan. Pemasaran produk perikanan tangkap yang sangat luas sampai ke tingkat nasional menjadi faktor yang menentukan keberlanjutan dalam aspek pemasaran ini. Sementara itu infrastruktur yang mendukung distribusi dan pemasaran produk perikanan tangkap meskipun ketersediaan fisiknya telah mencukupi namun perlu adanya peningkatan kualitas fisiknya terutama pada muara sungai dan kelengkapan sarana dan prasarana TPI.
b. Aspek Sosial
Pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di Kawasan Peta Ikan dalam aspek sosial menunjukan kinerja yang berkelanjutan dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 2,84. Variabel distribusi pendapatan merupakan variabel dengan skor rata-rata tertinggi sebesar 2,99. Pada variabel ini, distribusi pendapatan dalam bisnis perikanan tangkap dirasakan adil dimana sistem penjualan melalui lelang di TPI memungkinkan nelayan mendapatkan harga tertinggi untuk produk perikanannya.
Sementara itu variabel dengan kinerja terendah adalah kepemilikan faktor produksi dengan skor rata-rata 2,63. Nelayan pandega dan nelayan sambilan merupakan nelayan dengan kepemilikan faktor produksi yang rendah. Nelayan ini hanya berstatus Anak Buah Kapal (ABK) yang sangat tergantung kepada juragan. Kemampuan untuk meningkatkan kepemilikan faktor produksinya sangat terbatas apabila dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh.
Variabel lainnya seperti konflik sosial meskipun ada tetapi dikategorikan kecil. Konflik ini pada umumnya hanya sebatas penggunaan jaring cantrang yang merugikan nelayan dengan jaring payang atau tramen. Penegakan aturan yang jelas diharapkan dapat meminimalisasi konflik sosial ini.
c. Aspek Lingkungan
Pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di Kawasan Peta Ikan dalam aspek lingkungan menunjukan kinerja yang berkelanjutan dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 2,79. Secara umum produksi perikanan tangkap dapat dikategorikan stabil meskipun di tahun 2017 terjadi penurunan produksi sebesar 1.000 ton namun penurunan ini tidak dipengaruhi faktor kerusakan lingkungan dan lebih disebabkan faktor teknis seperti pendangkalan muara yang tertutup sedimentasi. Ekosistem penyangga juga dikategorikan mendukung untuk pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di kawasan Peta Ikan.