Wahai para koruptor, kalian yakin saja, bahwa teman kalian banyak. Ada paribahasa popular, “besar pasak daripada tiang” yang menghinggapi kebanyakan manusia. Semakin besar penerimaan semakin besar pula pengeluaran. Hasil akhir, pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Semakin besar pendapatan semakin besar pula yang diinginkan. Seberapa besar gaji dan tunjuangan dinaikkan akan kurang karena keinginan berkembang seiring dengan tambahan penghasilan. Keinginan selalu mengikuti, sehingga selalu tidak cukup berapapun tambahan penghasilan.
Wahai para koruptor, fenomena perjalanan hidup yang dimulai dari rumah kecil yang kalian idamkan terpenuhi. Rumah kecil itu serasa longgar karena belum terisi mebel dan perangkat rumah tangga. Artinya ketika kalian mampu memenuhi kebutuhan rumah belum selesai. Kalian masih harus menambah penghasilan untuk membeli isi rumah. Ketika rumah penuh, kalian mulai mengeluh bahwa rumah kalian sempit dan tidak nyaman. Lalu kalian ingin menambah penghasilan lagi untuk memperluas atau menaikkan rumah. Keinginan kalian terpenuhi juga, lalu kalian merasa belum lengkap isi rumah, lalu kalain berkeinginan rumah kalian terdapat mobil yang parkir di garasi rumah kalain. Terpenuhi juga. Lalu kalian berfikir membeli rumah baru sekedar untuk istirahat. Rumah ke dua di lain tempat atau yang lain. Kebutuhan yang tidak urgen menjadi lebih mahal, perhiasan, rekreasi, mobil kedua, tanah kebun, dan lain lain. Terjadi mutasi dari memenuhi kebutuhan menjadi keinginan tanpa batas.
Wahai koruptor, kalian mungkin mulai kena penyakit mata rabun, karena kalian mulai tidak mampu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Rumah kalian yang semakin besar, juga semakin sempit, karena selalu kalian penuhi perangkat baru. Rumah menjadi penuh sesak seiring dengan sesaknya batin kalian. Ingin membeli apa saja yang kalian inginkan. Dari, kalian mereka reka kegiatan sehingga kalian akan semakin besar tambahan penghasilan di luar gaji atau upah tetap kalian. Jika kalian bisnis juga kalian akan menambah penghasilan melebihan standar labar yang semestinya kalian terima. Kalau perpedoman pada pendapat itu kita bisa mengerem kebutuhan, lebih tepatnya keinginan. Kalian tak peduli berapa kali dalam sebulan honor perjalanan dinas, berapa honor kepanitian, berapa fee dari markup pengadaan barang dan jasa.
Wahai koruptor, kalian sebentar lagi akan pension. Kalian harus mengumpulkan investasi yang besar, maka kalian perlu lebih dari sekedar gaji atau upah standar yang menjadi take home pay. Maka kalian harus sebanyak banyaknya menabung untuk cadangan masa depan kalian. Sekarang kalian berumur 50 tahun, berarti 10 tahun kalian tidak bekerja sebagaimana berpenghasilan tetap. Kalian harus memiliki investasi untuk menjadi penghasilan di masa depan. Kalian juga harus mempersiapkan kerja, usaha, atau kenyamanan hidup bagi anak-anak kalian. Jika perlu gaji dan uapah kalian hari ini tidak berkurang uruk belanja namun kalian harus mencari tambahan penghasilan. Ayat yang kalian abil adalah “Kalian tak perlu malu dianggap rakus”.
Wahai para koruptor, kalian memang harus buka usaha sejak dini, misalnya buka bengkel, jual beli, makelear, atau lebih besar lagi atau entah. Yang penting kalian bisa menunjukkan bahwa kalian memiliki usaha di luar kerja rutin. Sekaligus untuk menutup kenapa penghasilan tambahan kalian lebih besar dari gaji pokok, kalian bisa mengalihkan pada catatan penghasilan dari gaji menjadi dari laba usaha. Padahal sebenarnya usaha yang baru saja kalian dirikan adalah papan nama. Kalian dapat meningkatkan pendapatan berapapun kali lipat dari atau terkait institusi kalian tak tampak. Karena laporan penghasilan pendapatan kalian catat dari bengkel atau entah tadi.
Wahai para koruptor, harus kalian siasati, seakan kalian pandai berwiraswasta, berusaha, atau bisnis. Kalian harus mampu mensosialisasikan tentang ide-ide bisnis. Kalian sadar jika hanya slogan, penanda, atau pencitraan. Dibalik itu silahkan kalian melakukan korupsi sesuai dengan level dan keahlian kalian. Esensinya, kalian konsisten memegang teguh sebagai koruptor yang profesional. Korupsi ditutup dengan pencitraan yang manis. kalian dapat menggunakan ayat “menutup berita korupsi dengan berita pencitraan”.
Wahai para koruptor, apakah kalian meresapi makna hari kemudian? Hari kemudian bagi kalian adalah hidup lebih yaman dan berkecukupan setiap apa yang kalian inginkan, meski tidak kalian butuhkan. Tindak lanjuti yang kongkret adalah apa yang kalian inginkan kalian dan anak turun kalian. Jika perlu sampai tujuh turuanan. Kalian tentu tidak ingin menjadi orang bersih di depan tuhan, apalagi kok auditor. Karena keinginan kalian memang untuk mengumpulkan kekayaan.
Hardiwinoto, 10 01 21