hardiwinoto.com-Semar Mbangun Khayangan (Hardiwinoto, 2017). Di desa Karangbuyutan, Semar gundah mencemaskan kerajaan Amarta, ada hal yang mengganjal di hatinya. Semar meminta Petruk pergi meminjam pusaka Keraton Amarta, Jamus Kalimasada dan Payung Kencana. Juga mengundang para Pandawa untuk datang ke Karangbuyutan.
Di Amarta, Prabu Yudhistira bersama para Pandawa mendiskusikan tentang kekisruhan negerinya. Kresna menanyakan ketidakhadiran Semar, lalu memerintah Arjuna memanggil Semar untuk sowan ke Amarta. Belum Arjuna beranjak, Petruk dating memberi tahu bahwa ia diperintah oleh Semar untuk mengundang kelima Pandawa supaya datang ke Karangbuyutan dengan membawa pusaka untuk membantu Semar mbangun khayangan.
Kresna melarang Pandawa berangkat ke Karangbuyutan. Kresna menganggap bahwa rencana Semar bertentangan dengan tugasnya. Kresna juga menganggap bahwa Semar akan berbuat makar. Terjadilah perdebatan antara Kresna dengan Petruk. Yudhistira menyuruh Petruk untuk menunggu di luar paseban, menanti keputusan rapat para Pandawa bersama Kresna.
Petruk menuruti perintah Yudistira. Di luar paseban, Petruk bertemu dengan Antasena, putra Bima. Petruk menceritakan semua kejadian di dalam paseban. Antasena tahu bahwa yang akan dilakukan Semar adalah benar. Antasena berjanji akan membantu Petruk menghadapi Kresna. Namun Kresna mengajak Arjuna pergi ke khayangan untuk melapor kepada Bathara Guru, dan memerintahkan Gatotkaca, Antareja dan Setyaki mengusir Petruk kembali ke Karangbuyutan.
Yudhistira bersama Bima, Nakula dan Sadewa bimbang. Sadewa usul agar bersemedi meminta petunjuk kepadaYang Maha Kuasa. Jika pusaka tetap berada di tempatnya setelah mereka bersemedi berarti Kresna benar, danji kapusaka pergi berarti Semar benar. Ternyata pusaka kraton Amarta menuju Karangbuyutan. Maka Pandawa tanpa Arjuna berangkat ke Karangbuyutan tanpa diketahui Kresna.
Kresna tiba di khayangan menghadap Bathara Guru. Kresna melapor bahwa Semar akan melakukan makar. Mendengar bahwa Semar akan mbangun khayangan, Bethara Guru marah. Semar dituduh merencanakan makar. Bathara Guru langsung memerintah Bethari Durga dan Kresna untuk menghalangi rencana Semar.Bethara Guru menganggap Semar hanya dewa rendahan, sekedar guru di plosok desa.
Di Karangbuyutan, Semar menerima kedatangan Prabu Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa bersama pusaka Kraton Amarta yang telah tiba lebih awal bersama Petruk dan para putera Pandawa. Semar sedikit kecewa karena kedatangan Pandawa hanya empat orang.
Semar segera melakukan ritual menyatukan kekuatan empat bersaudara ke dalam diri Semar. Sedangkan para putera Pandawa bersama Petruk, Bagong dan Gareng bertugas menjaga ritual Semar dari gangguan Maling Sukma. Semar membaca mantra untuk menghadapi segala kejahatan.
Ontran-ontran, kisruh dan padudon di khayangan telah terjadi. Sampai-sampai Bethara Guru berkoalisi dengan Bethara Kala. Suasana semakin runyam. Kresna diberi tugas Bathara Guru untuk menghalangi keinginan Semar dengan menyamar menjadi Raksasa sebesar bukit. Arjuna menyamar menjadi harimau yang sangat besar. Mantra Semar tidak bisa dihalau sedikitpun oleh koalisi pimpinan Bethara Guru. Semar hanya ingin mbangun khayangan, tetapi dianggap makar. Tidak satupun mempu menghalangi Semar. Akhirnya Bathara Guru dan Kresna meminta maaf kepada Semar karena khilaf.
***
Indonesia kini bagaikan lakon Semar mbangun khayangan. Kresna sebagai penasehat raja tidak menguji kebenaran informasi yang sesungguhnya. Semar yang ingin ikut memperbaiki kondisi elit bangsa (khayangan), supaya tidak menyimpang dengan dasar Negara (pusaka kalimasada dan payung kencana) dituduh makar. Bethara Guru dan Kresna sebagai simbul elit politik pemegang kekuasaan di atas raja, kurang tepat dalam mengasumsikan keadaan.
Bethara Guru dan Kresna takut dikoreksi demi mempertahankan status quo sebagai penentu kebijakanraja. Lebih parah lagi, Bethara Guru berkoalisi dengan Bethari Durga Bethara Kalasebagai lambing kejahatan. Guru, Semar dan Kresna sebagai para dewa Khayangan penentu kebijakan raja tidak satu kata, malahan saling berlawanan.
Benarkah Semar ingin melakukan makar? Peran Semar digambarkan sebagai penasehat Ksatria Pandawa sekelas Bethara Guru dan Kresna, namun ngejawantah sebagai guru di perkampungan, pemelihara kebaikan dan kebenaran di bumi. Meski sebagai penasehat raja tetapi tidak hidup di dalam istana kerajaan sebagaimana Kresna.
Membangun khayangan bagi Semar adalah keinginan memperbaiki tatanan yang disalah mengerti oleh Krisna dan Bethara Guru. Ibarat Amarta sedang krisis kepercayaan. Kepemimpinan kolektif Amarta terganggu roh jahat yaitu Bethara Kala dan Bethari Durga. Para pejabat istana mengalami kelupaan sejarah, karena sudah tak mampu menerjemahkan makna pusaka kraton yaitu Jamus Kalimasada dan Payung Kencana.
Lakon Semar mbangun Khayangan bisa mengingatkan bagaimana seharusnya menjalankan pemerintahan. Pemimpin seharusnya berpegang teguh pada ‘kalimasada’, yang mana boleh ditafsirka npatuh menjalankan ajaran agama, Pancasila, Undang-Undang Dasar, danperaturan yang berlaku di dalam negara. Pusaka‘payung kencana’ boleh ditafsirkan sebagai pengayom dan pelayan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
***
Sampai kini Semar selalu ada. Yaitu sebuah gerakan yang selalu berkeinginan untuk mbangun khayangan. Membangun tatanan menuju kedaulatan ekonomi yang belum terwujud, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hardiwinoto, 2017, Stabilitas, 16 Des 2016 -15 Jan 2017