“Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam percobaan, ke dalam jerat, ke dalam berbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan, dan ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (Timotius 6:9). “Akar segala kejahatan adalah cinta uang” (Timotius 6:10)
Film Dead Men (2018) memiliki cerita yang sangat menarik untuk dicermati. Film tersebut dapat dianalogikan pada kondisi bangsa kita saat ini. Film bercerita bagaimana liciknya penambang emas di Kawasan Arizona. Cole Robert sang penambang berkomplot dengan Walikota Jackson Ridge. Sang Walikota sebagai incumben ingin menjadi Walikota yang kedua kali. Cole membayar centeng bayaran untuk memaksa pemilik lahan yaitu bernama Sthuthers untuk menjual lahan tambangnya. Dengan harga sepihak yang ditentukan centeng tersebut. Sthuthers harus menyerahkan lahannya kepada Cole. Sthuthers kekeh mempertahankan lahannya. Sang centeng pun rela membunuh Sthuthers.
Sthuthers memiliki dua anak laki-laki bernama Jesse Sthuthers dan Jake Sthuthers. Jesse Sthuthers diburu oleh para pembunuh bayaran, karena ia adalah saksi pembunuhan ayahnya. Dalam perburuan, Jesse Sthuthers ditolong oleh Virgil, yaitu teman Sthuthers. Dalam perjalanan menyelamatkan Jesse dan Jake menuju tempat yang aman yaitu ke pemukiman suku Apache, dihadang pembunuh bayaran. Virgil ditembak mati, sementara Jesse sendirian menolongnya dan Jake melarikan diri. Dan malah kembali kepada Cole dan bekerja untuknya. Diakhir cerita ternyata Virgil adalah ayah dari Jesse Sthuthers. Artinya anak kandung Sthuthers adalah Jake.
Sikap kedua anak tersebut terhadap kematian ayahnya sangat berbeda. Jesse Sthuthers sangat berkeinginan untuk mengembalikan tanah milik ayahnya. Sedangkan adiknya, Jake Sthuthers hidup dalam mabuk-mabukan dan main perempuan, dan menjadi bagian dari Bisnis Cole, bos penambang. Jake diberi jatah uang yang sangat besar oleh Cole untuk hidup foya foya. Jake Sthuthers lebih memilih berkomplot dengan Cole, sehingga dapat menikmati uang yang sangat besar.
Jesse Sthuthers tetap menjadi buronan, akhirnya Virgil menitipkan kepada suku Apache. Di sana Jesse Sthuthers dilatih berperang dan berkelahi. Bahkan sampai menikahi anak kepala suku. Ia juga harus melestarikan suku Apache yang telah dan menyelamatkan harta benda, tanah dan emas yang telah sah menjadi milik mereka. Sebuah tambang emas yang menjadi incaran bagi manusia serakah.
Di kawasan suku Apache, Jesse menikahi anak kepala suku Apache dan berlatih perang. Pada kesempatan itu pula suku Apache diancam oleh tentara kulit putih supaya meninggalkan desanya. Hanya ada dua pilihan pindah dengan kompensasi sepihak oleh tentara kulit putih atau meninggalkan desa tanpa kompensasi apapun. Sedangkan di kota Jackson Ridge, Cole bersekutu dengan Donald Deets untuk memenangkan pemilihan Walikota yang kedua menghadapi Eli Thomas.
Jesse datang ke ibu kota. Ia dituduh pembunuhan dan masuk penjara. Jesse dikenai hukuman gantung. Saat detik detik menjelang kematian, Jake menolongnya dengan menembak tali gantungan. Keduanya dapat melarikan diri. Mereka berdua menjadi buronan. Cole meminta Binyamin Brown untuk memburu dan membunuhnya. Binyamin Brown mengkhianati Cole. Ia malahan bersama Jesse dan Jake bersatu melawan Cole. Dari pihak suku Apache pun ada yang berkianat.
Maka terjadi saling culik dan fitnah diantara dua kubu. Kubu Deets dan kubu Cole. Jesse bertransaksi politik dengan Deets untuk dibuatkan sertifikat tanah milik orang tuanya. Jesse akan membayar sebesar Cole membayar Deets untuk memenangkan kembali pemilihan walikota. Jesse berhasil memberi kepercayaan bahwa Deets akan menang melawan Eli Thomas.
Saat itu pula Jake berkata “inilah hariku ingin mengalahkan Robert Cole saat yang lain tidak berani” kata Jake kepada masyarakat Jackson Ridge. Mengajak masyarakat untuk melawan kesewenang-wenangan Cole. Terjadilah perang yang sangat dahsyat antara tentara bayaran Cole dan suku Apache. Cole melarikan diri dan meminta bantuan tentara kulit putih dan berkata, “kami hanya penambang yang tak bersenjata, kami di bantai suku Apache”. Maka terjadi penangkapan suku Apache. Selanjutnya suku Apache terusir dari tempat tinggalnya. Deets meninggal di tembak Cole. Lahan pertambangan dikuasai tentara kulit putih.
***
Indonesia juga sebagai negara yang kaya tambang. Tidak sekedar emas. Lebih dari itu, minyak bumi, batu bara, nikel, uranium dan lain lain tambang. Bahkan tidak hanya tambang, tetapi hutan, kebun, sawah, pantai, gunung, lembah, pantai dan laut. Atau faktor faktor produksi berupa penyedia jasa-jasa.Perbankan, transportasi, tol darat, tol laut, industri semen, baja, alat komunikasi, media pemberitaan, dan segala macam institusi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Tentu lebih dari sekedar tambang milik suku Apache.
Apakah Indonesia harus diperlakukan mirip dengan Apache? Yaitu dikuasai oleh asing dengan menggusur suku asli setempat karena belum mampu mengeksplorasi sendiri? Lalu lahan lahan tersebut diperebutkan oleh para koalisi politik entah koalisis pribumi-asing, asing-asing atau pribumi-pribumi, koalisi politik, permodalan, intelektual dan keamanan. Koalisi untuk memperebutkan lahan-lahan, sumber-sumber dan faktor-faktor pencetak emas atau kini adalah aset.
Koalisi politik adalah kekuatan yang sangat dahsyat karena mereka memiliki pena untuk mengatur sistem pertambangan, produksi dan distribusi semua hasil bumi dan output nasional. Perangkat dibuat oleh koalisi memiliki kekuatan besar untuk memakmurkan warganya atau malahan dapat mengusir hak-hak pribumi dan memberikan keberuntungan kepada asing, hanya karena pribumi belum mampu mengeksplorasi. Koalisi adalah kekuatan yang dahsyat karena didukung oleh kekuatan modal, pemegang regulasi, kumpulan intelektual dan aparat keamanan. Di tangan koalisi tersebut melalui pena yang digoreskan oleh regulator, dieksekusi oleh walikota, gubernur atau presiden, didukung oleh pemilik modal untuk membangun mesin produksi dan eksplorasi, dan disokong oleh aparat keamanan yang bersenjata, maka koalisi tersebut akan mampu membuat “ayat tentang kebenaran” sesuai standar kebenaran koalisi. Artinya kebenaran yang muncul dari lawan koalisi adalah sesat, ide makar, gerakan radikal, pengganggu ketentraman dan pembuat kegaduhan. (Hardiwinoto, 2019, Stabilitas, Juni-Juli, Edisi 156)