Corona Membawa Berkah

Hardiwinoto

Virus korona menghapus harapan ekonomi lebih baik. Berbagai ramalan (outlook) memberi sinyal bahwa recovery ekonomi 2020 bisa gagal total, bahkan akan semakin menurun tajam. Optimistis pemulihan ekonomi berbanding terbalik dengan kehadiran virus korona.

Kondisi demikian dapat berlanjut pada kemacetan ekonomi di berbagai sektor, dari sisi produksi, distribusi dan konsumsi terhambat akibat beberapa kegiatan akibat beberapa kegiatan ekonomi sudah di lockdown. Ekspor dan impor terhenti berakibat langsung pada konsumsi dan produksi masyarakat menurun dapat menghantam sisi pasokan. Berikutnya berdampak pada pengangguran bertambah dan pendapatan masyarakat berkurang.

Ketika pemerintah fokus pada stimulus fiskal, berarti akan mengganggu APBN. Ketika pemerintah mengambil kebijakan moneter, berarti stabilitas harga akan terganggu pula. Kita Perhatikan India sudah berdampak pada terjadinya rush. Hal demikian memberi sinyal akan terjadi krisis moneter.

Ekonom Center for Strategic and International Studied (CSIS) Yose Rizal mengatakan, stimulus fiskal dan moneter hanya meliputi sisi demand domestik. Padahal virus korona menyerang dari sisi supply. Bidang manufaktur, problem utama bukan pada demand, tetapi pada  supply khususnya barang-barang dari China. Impor komponen industri manufaktur sampai dengan 40 persen. Pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudisthira mengatakan, virus korona mengingatkan pada para investor tentang kasus SARS yang pernah menghambat ekonomi Indonesia hingga 0,03%.

Sektor yang terdampak yang berdampak antara lain; penurunan sektor pariwisata akibat sepinya turis manca negara yang berkunjung ke Indonesia. Berikutnya, akan terjadi penurunan omzet perhotelan, restoran, suvenir dan transportasi. Beberapa maskapai membatalkan penerbangan ke berbagai negara. Seterusnya berdampak pada devisa menurun, aliran modal asing berpotensi keluar lagi dikarenakan kepanikan investor, sehingga dana asing keluar dari pasar modal Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US $ 870 juta. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$14,28 miliar. Realisasi ekspor nonmigas per Januari 2020 mencapai US$12,61 miliar atau turun 5,33 persen dibandingkan Desember 2019. Jika mengacu pada periode yang sama tahun lalu, ekspor januari 2020 turun sebesar 0,69 persen (yoy). 

Penurunan ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewani/nabati sebesat US$703,2 juta (34,08 persen). Di sisi lain, terjadi peningkatan pesat pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$219 juta (57,84 persen). Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Januari 2020 mencapai US$14,28 miliar. Realisasi tersebut turun dari US$14,51 miliar pada Desember 2019 atau 1,6 persen (mtm) dan merosot dari US$14,99 miliar pada Januari 2019 atau setara dengan 4,78 persen (yoy). Impor nonmigas Januari 2020 mencapai US$12,29 miliar. Impor nonmigas tercatat turun 0,69 persen dibandingkan Desember 2019 (mtm) dan 7,85 persen dibandingkan Januari 2019 (yoy). 

Kemandirian Ekonomi

Berkah diartikan kebaikan yang melimpah baik pada individu, benda, tempat atau waktu. Dalam Al Qur’an Surat Ali Imron 190 dinyatakaan bahwa “ya Allah Tuhan kami, tidak ada apa-apa yang engkau ciptakan adalah sia-sia”. Artinya, apapun bentuk makluk meski dianggap musibah, dibalik itu ada berkah. 

Yang paling nampak adalah ketika banyak masyarakat mengeluh tentang kebijakan impor hasil pertanian dari luar negeri. Dengan adanya wabah korona dari Cina, Kementerian Pertanian telah memperketat pintu masuk impor berbagai jenis makanan termasuk buah-buahan dari negara lain. Artinya masyarakat petani yang dulu resah akibat impor hasil pertanian, kini impor berkurang. Hal demikian akan menggairahkan konsumsi produk pertanian dalam negeri. Selama ini pasokan diperoleh dari luar negeri, kini justru menjadi berkah bagi supplyer dalam negeri. Masyarakat diharuskan memutus ketergantungan terhadap luar negeri.

Bahkan empon-empon yang sebelum ada wabah korona kurang dikenal masyarakat, kini naik kelas. Empon-empon masuk mall dan di taruh paling mudah di dapat, karena semakin banyak penggemar untuk membelinya. Kesadaran baru muncul bahwa empon-empon dapat mencegah virus korona menular, kata para pembeli.

Virus korona harus menciptakan momentum mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif untuk menyerap banyak tenaga kerja lokal. Yang selama ini dipekerjakan oleh asing dalam belanja infrastruktur di pusat dan daerah harus menjadi momentum memperkerjakan tenaga kerja dalam negeri. Yang selama ini mengkonsumsi barang dan jasa asing, menjadi momentem memulai konsumsi produk dalam begeri.Ingat ketika terjadi bencana letusan Merapi, dibalik bencana membawa berkah dalam bentuk pasir yang melimpah, lahan pertanian menjadi lebih subur, dan pemasukan retribusi kawasan wisata ‘bencana’.

Apapun bentuk musibah dapat membawa berkah. Melalui sifat empati akan tumbuh kepekaan seseorang menjadikan momentum apapun yang Allah berikan, termasuk wabah atau bencana. Itulah yang disebut berkah. Sering kita lihat pengungsi korban tertentu. Mereka baru mengenal sembahyang setelah tertimpa musibah. Masjid atau tempat ibadah lainnya di pengungsian pun diisi oleh mereka yang haus bimbingan spiritual. Banyak hal yang telah hilang dari mereka, tempat tinggal, fasilitas hidup, pekerjaan, dan harapan. Itulah yang mendorong alam bawah sadar mereka untuk kembali mendekat kepada Allah, dan berharap pada kemurahanNya. Itulah berkah yang sesungguhnya.

Hardiwinoto Muchtar

Hardiwinoto adalah seorang peneliti ekonomi, dosen, kolomnis, dan pegiat sosial. Kegiatan yang dilakukan terkait dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Artikel Menarik Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *